'/> Majas Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Oleh Muntijo -->

Info Populer 2022

Majas Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Oleh Muntijo

Majas Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Oleh Muntijo
Majas Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Oleh Muntijo
Analisis struktural genetik puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. 

Majas ialah sebuah 'bumbu' dalam karya sastra khususnya puisi. Dengan adanya majas, puisi sanggup terasa ludang keringh indah. Selain memperindah puisi, adanya majas dalam karya puisi menyebabkan puisi tersebut ludang keringh berpengaruh artinya.

Ada berbagai jenis majas yang sanggup dipakai dalam sebuah puisi. Akan tetapi acapkali seorang pembelajar dan pelajar sastra kesusahan untuk menemukannya.

Secara sederhana, majas sanggup diartikan sebagai kata dan atau kalimat yang tidak masuk logika tetapi mempunyai arti. Dengan klarifikasi ini, kita sanggup menemukan majas dengan ludang keringh gampang. Akan tetapi ada kalanya sebuah majas tidak harus 'tidak masuk akal'. Pengulangan suara dan kata sanggup jadi juga disebut sebagai majas.

Untuk ludang keringh jelasnya, mari ikuti analisis majas yang terkandung dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono diberikut ini.


Hujan Bulan Juni
         Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yang ludang keringh tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang ludang keringh bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang gundah di jalan itu

Taka ada yang ludang keringh arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

Majas / Gaya Bahasa

Puisi Hujan Bulan Juni memiliki dua majas. Majas Personifikasi dan Majas Repetisi.

Majas personifikasi ialah majas atau gaya bahasa yang seakan-akan benda mati sanggup bersifat dan bertindak (bertingkah laku) ibarat halnya manusia.

Majas yang paling tampak ialah majas personifikasi. Yaitu seolang-olah hujan memiliki sifat tabah, bijak, dan arif seperti manusia. Baris pertama masing-masing bait mengandung majas personifikasi ini.

Selain mempunyai sifat ibarat manusia, hujan dalam puisi Hujan Bulan Juni  di atas juga bertingkah laris ibarat insan dihapusnya jejak-jejak kakinya. Jadi, seakan-akan hujan punya kaki. Selain itu, juga sanggup menghapus jejak kakinya.

Hal yang sama tampak pada dirahasiakan, jadi seolah hujan sanggup merahasiakan sesuatu (seperti manusia). Hujan juga digambarkan seakan-akan sanggup membiarkan.



Selain majas personfikasi, juga terdapat gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh terdapat pada baris Dari hujan bulan Juni.

Ketiga bait puisi tersebut mengandung baris ini di baris keduanya.

Selain repetisi penuh, juga terdapat reptisi pengulangan sebagian baris yaitu Adakah yang ludang keringh.

Majas repitisi jarak jauh (ini istilah saya sendiri) tampak pada frasa pohon yang berbunga itu di bait pertama dan frasa pohon bunga itu di bait terakhir. Menurut saya, pengulangan ini juga merupakan gaya bahasa alias majas yang memperkuat arti puisi.

Jadi, majas dalam puisi hujan bulan juni memperkuat arti bahwa, hujan bulan juni tidak sempat memberikan kepada bunga, tetapi membiarkan rintiknya tetap diserap oleh akar pohon bunga itu. Meski tidak disampaikan secara langsung, rasa rindu tetap tersampaikan kepada bunga melalui akar-akarnya.
Advertisement

Iklan Sidebar