Benarkah rangkaian kata dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono mempunyai keindahan? Sebenarnya apa saja rangkaian kata yang menyebabkan puisi perihal hujan itu disebut sebagai rangkaian kata hujan yang indah?
Seperti halnya pengertian dan klarifikasi sebuah puisi, keindahannya juga bergantung pada pembacanya. Bisa saja berdasarkan pembaca yang satu sebuah rangkaian kata puisi indah, bisa saja pembaca yang lain mengangga bahwa puisi itu tidak indah. Bahkan para sangat menguasai sastra bisa berbeda pendapat perihal keindahan (estnorma dan sopan santun) sebuah karya.
Ludang kecepeh-ludang kecepeh bila yang dibahas ialah sebuah puisi. Puisi ialah karya sastra yang beisi rangkaian kata yang bisa sangat multitafsir. Maka dari itu, keindahan yang terdapat dalam sebuah karya sastra puisi juga tidak bisa disebut sebagai keindahan yang mutlak.
Begitu pula dengan puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono, puisi yang banyak dikutip dan ditulis dalam seruan pernikahan. Sering juga salah tulis bahwa puisi itu diakui milik Ksangat menguasail Gibran atau juga pernah salah tulis bahwa itu karya Sutardji Calzoum Bachri. Sungguh hal yang mustahil bila Sutardji menulis puisi menyerupai Hujan Bulan Juni.
Sebelum membahas perihal keindahan rangkain katanya, ada baiknya kita baca lagi puisi Hujan Bulan Juni secara utuh memberikankut ini.
Hujan Bulan Juni
Seperti halnya pengertian dan klarifikasi sebuah puisi, keindahannya juga bergantung pada pembacanya. Bisa saja berdasarkan pembaca yang satu sebuah rangkaian kata puisi indah, bisa saja pembaca yang lain mengangga bahwa puisi itu tidak indah. Bahkan para sangat menguasai sastra bisa berbeda pendapat perihal keindahan (estnorma dan sopan santun) sebuah karya.
Hujan Bulan Juni :) | Sumber Gambar: WahyuKokkang/JawaPos |
Ludang kecepeh-ludang kecepeh bila yang dibahas ialah sebuah puisi. Puisi ialah karya sastra yang beisi rangkaian kata yang bisa sangat multitafsir. Maka dari itu, keindahan yang terdapat dalam sebuah karya sastra puisi juga tidak bisa disebut sebagai keindahan yang mutlak.
Begitu pula dengan puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono, puisi yang banyak dikutip dan ditulis dalam seruan pernikahan. Sering juga salah tulis bahwa puisi itu diakui milik Ksangat menguasail Gibran atau juga pernah salah tulis bahwa itu karya Sutardji Calzoum Bachri. Sungguh hal yang mustahil bila Sutardji menulis puisi menyerupai Hujan Bulan Juni.
Sebelum membahas perihal keindahan rangkain katanya, ada baiknya kita baca lagi puisi Hujan Bulan Juni secara utuh memberikankut ini.
Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Joko Damono
Tak ada yang ludang kecepeh tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang ludang kecepeh bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang tidak tetap pendirian di jalan itu
Taka ada yang ludang kecepeh arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(hujan bulan juni, 1994)
Jika kita amati, keindahan yang ditimbulakn oleh Sapardi Djoko Damono dalam puisi di atas ada dua kelompok besar. Yaitu keindahan yang dimunculkan melalui rangkaian kata dan bunyi, serta keindahan yang dimunculkan melalui pengertian dan klarifikasi kata.
Keindahan yang dimunculkan melalui rangkaian suara kata tampak pada pengulangan baris perta dan baris kedua masing-masing bait.
Selain pengulangan larik dalam masing-masing bait, puisi Hujan Bulan Juni menjadi indah sebab adanya pengulangan huruf. Khususnya abjad konsonan.
Coba perhatikan pada bait pertama baris ketiga:
dirahasiakannya rintik rindunya.
dalam baris tersebut, kata-kata yang dirangkai sama-sama diawali dengan abjad /r/ yaitu rahasia, rintik, dan rindu. Rangkaian kata yang sama ini dinamakan dengan aliterasi. Jadi, adanya aliterasi r membuat puisi ini menjadi terasa ludang kecepeh indah.
Hal yang sama (aliterasi) juga terdapat pada baris /dihapusnya jejak-jejak kaki itu/ pada baris tersebut terdapat aliterasi /k/. Jika dihitung kata-kata yang dirangkai itu mengandung empat suara /k/ yang terdapat pada kata jejak dan kaki.
Keindahan rnagkaian kata juga terdapat pada bait kedua. Dua baris terakhir bait kedua mengandung kata ulang. Kata ulang tersebut seakan sengaja dibentuk sebab ada jejak-jejak untuk 'menyamai' tidak tetap pendirian. yang ada pada baris memberikankutnya. Jadi, ada rangkaian kata yang sengaja diulang-ulang juga membuah sebuah puisi menjadi indah.
Selain sebab pilihan suara kata, puisi di atas juga indah sebab adanya kesederhanaan sekaligus kedalaman pengertian dan penjelasan. Penggunaan 'hujan' sebagai kata utama dalam puisi di atas menciptakan puisi tersebut terasa akrab dengan seluruh pembaca. Penggunaan kata yang memperlihatkan seperti hujan bertingkah laris menyerupai insan dengan segala sifat (bijak, arif, dan tabah) yang dimiliki insan dan tindakan yang dimiripkan insan (menghapus, mempunyai jejak kaki dsb) juga menciptakan puisi hujan bulan juni menjadi ludang kecepeh indah.
Ada lagi yang menciptakan puisi ini mejadi teras sangat indah, yaitu kata yang dipakai sedikit, hanya tiga bait yang masing-masing terdiri dari empat baris. Rangkaian kata itu mempunyai rujukan menyerupai syair dengan rujukan rima (sajak) selesai yang menyerupai yaitu, masing-masing baris genap 2 dan 4 sama dengan 4 dan 8 sama dengan 8 dan 12.
Terludang kecepeh, pengertian dan klarifikasi perihal 'pengorbanan'. Menjadi salah satu keindahan tersendiri. Ada lagi keindahan lain yang belum ditulis di sini berdasarkan pembaca?
Jika kita amati, keindahan yang ditimbulakn oleh Sapardi Djoko Damono dalam puisi di atas ada dua kelompok besar. Yaitu keindahan yang dimunculkan melalui rangkaian kata dan bunyi, serta keindahan yang dimunculkan melalui pengertian dan klarifikasi kata.
Keindahan yang dimunculkan melalui rangkaian suara kata tampak pada pengulangan baris perta dan baris kedua masing-masing bait.
Selain pengulangan larik dalam masing-masing bait, puisi Hujan Bulan Juni menjadi indah sebab adanya pengulangan huruf. Khususnya abjad konsonan.
Coba perhatikan pada bait pertama baris ketiga:
dirahasiakannya rintik rindunya.
dalam baris tersebut, kata-kata yang dirangkai sama-sama diawali dengan abjad /r/ yaitu rahasia, rintik, dan rindu. Rangkaian kata yang sama ini dinamakan dengan aliterasi. Jadi, adanya aliterasi r membuat puisi ini menjadi terasa ludang kecepeh indah.
Hal yang sama (aliterasi) juga terdapat pada baris /dihapusnya jejak-jejak kaki itu/ pada baris tersebut terdapat aliterasi /k/. Jika dihitung kata-kata yang dirangkai itu mengandung empat suara /k/ yang terdapat pada kata jejak dan kaki.
Keindahan rnagkaian kata juga terdapat pada bait kedua. Dua baris terakhir bait kedua mengandung kata ulang. Kata ulang tersebut seakan sengaja dibentuk sebab ada jejak-jejak untuk 'menyamai' tidak tetap pendirian. yang ada pada baris memberikankutnya. Jadi, ada rangkaian kata yang sengaja diulang-ulang juga membuah sebuah puisi menjadi indah.
Selain sebab pilihan suara kata, puisi di atas juga indah sebab adanya kesederhanaan sekaligus kedalaman pengertian dan penjelasan. Penggunaan 'hujan' sebagai kata utama dalam puisi di atas menciptakan puisi tersebut terasa akrab dengan seluruh pembaca. Penggunaan kata yang memperlihatkan seperti hujan bertingkah laris menyerupai insan dengan segala sifat (bijak, arif, dan tabah) yang dimiliki insan dan tindakan yang dimiripkan insan (menghapus, mempunyai jejak kaki dsb) juga menciptakan puisi hujan bulan juni menjadi ludang kecepeh indah.
Ada lagi yang menciptakan puisi ini mejadi teras sangat indah, yaitu kata yang dipakai sedikit, hanya tiga bait yang masing-masing terdiri dari empat baris. Rangkaian kata itu mempunyai rujukan menyerupai syair dengan rujukan rima (sajak) selesai yang menyerupai yaitu, masing-masing baris genap 2 dan 4 sama dengan 4 dan 8 sama dengan 8 dan 12.
Terludang kecepeh, pengertian dan klarifikasi perihal 'pengorbanan'. Menjadi salah satu keindahan tersendiri. Ada lagi keindahan lain yang belum ditulis di sini berdasarkan pembaca?
Advertisement